Asmaul Husna

KEBIJAKSANAAN

Kamis, 11 Maret 2010
Makin bijak seseorang berari makin banyak cobaan telah di hadapinya. Semua orang pernah mengalami tentangan batin. Semua orang pasti pernah mengalami kesulitan.

Cobaan di berikan untuk kebahagiaan. Tuhan maha adil, Dia-Sang Esa tidak pernah melepas hambanya sendiri dan tersesat di lembah kesulitan. Hanya bagaimana hamba tersebut memilih jalannya.

Saat kau tersesat, merasa hilang, dan kosong, Jangan kau menyerah. Jangan kau bersedih. Ingatlah selalu setelah gelap terbitlah terang. Semua kesukaran ada jalan keluarnya.

Tetapi kadang cobaan itu sangat berat, jalan buntu seperti nampak di hadapan. Jangan kau ragu dan bimbang, Tawakkallah serahkan semua kepada Tuhan-mu. Sang Esa akan membantumu tetapi kau jualah yang harus memutuskan.

Jangan kau buat hidupmu susah dengan berpikir yang tidak semestinya kau pikirkan. Hadapi nasibmu Jalani dengan tegar, karena segala penyakit pasti ada obatnya, hanya kapan obat itu di temukan kau harus sabar.

Sabarlah dalam menjalani nasibmu itu, karena jawaban segala pertanyaanmu akan datang. Tidak cepat memang karena ini bukan hal instant. Ini merupakan pembetukan dirimu, Tidak ini tidak akan secepat engkau membalik telapak tanganmu. Jalani dengan sabar niscaya kaupun akan sampai pada ujung cobaan ini.

Menangislah kamu,karena menangis itu tidak mengapa, kala kau sedih,kala kau marah menangislah ungkapkanlah dan keluarkanlah semua isi hati dan keluh kesahmu, maka kau pun bisa merasa lega. Kadang kala seseorang akan menemukan jawaban atas pertanyaannya dan bisa menguasai keadaan setelah mereka mengungkapkan kesulitannya, Karena sebenarnya ini hanya permainan perasaanmu, apakah kamu siap mengahadapinya. saat kau siap,mudah kau keluarkan dan ungkapkan, maka legalah perasaanmu nantinya.

Berbahagialah kamu karena Tuhan masih mencintaimu. Sang Esa mengujimu karena engkau terpilih untuk naik ke tingkat kebijaksanaan yang lebih tinggi.

Nikmati hidupmu, Hargai sesamamu, Sayangi saudara dan sekitarmu, Sayangi dan Hargai dirimu. Berbahagialah kamu, karena kamupun berhak untuk berbahagia. Hidup adalah perjuangan namun penuh dengan kebahagiaan. Tidak ada kemudahan tanpa kesukaran.

Hanya tergantung kepada individu tersebut dalam menjalani hidup dan nasibnya, Jangan pernah menyalahkan nasibmu karena kau harus menerima apa adanya, Berjuanglah dan berusaha dan jangan lupa untuk berdo'a. Semoga Tuhan memberkati langkahmu dan kebahagiaan bersamamu.
Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau
ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki
persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman.
Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan
dengannya kau berbagi.

Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau
bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau
mengerti
karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.

Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai..
Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan
orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada.

Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika
kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai,
dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik.
Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan
wajahnya selalu ada di kepalamu.

Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiran mu
Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman
karena kau tahu mereka peduli terhadapmu.
Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena
sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun.

Mereka berkata jujur dan kau melakukan hal
yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka
akan bersedia mendengar.

Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu
atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu,
dan jika mereka benar-benar menyakitimu, mereka akan
berusaha keras untuk memperbaikinya.
Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar
ataupun tidak.

Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menagis ketika
kau tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan orang-orang yang
menangis
lantaran berat untuk berpisah denganmu di pesta perpisahan kelas.

Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak
akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus
lebih dahulu mengakhiri.

Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin
pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu
pada saat pernikahanmu, atau mungkin dialah orang yang kau
nikahi.

Di sebuah kepulauan tropis yang hangat hiduplah seorang Raja yang dibantu
seorang Perdana Menteri yang sangat optimis. Perdana Menteri ini juga sangat
positif sehingga seringkali sang Raja merasa jengkel karena selalu saja ia
mampu menemukan sisi positif dari setiap keadaan.

Pada suatu hari, Raja dan Perdana Menteri sedang melakukan perjalanan
melintasi hutan lebat. Di tengah perjalanan sang Raja beristirahat sambil
membelah buah kelapa sebagai pelepas dahaga. Ketika sedang enak-enaknya
makan buah kelapa tanpa sengaja sang Raja menggigit batok kepala yang keras
itu sehingga giginya terlepas. Ia menjerit kesakitan lalu menyampaikan
kesialannya pada Perdana Menteri. Mendengar keluhan sang Raja, Perdana
Menteri ini malah tersenyum sambil berteriak, "Wow, itu bagus...!"..... "Ha!
Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanya sang Raja keheranan. "Ya, karena itu
adalah pertanda keberuntungan untuk Baginda." Mendengar jawaban ini sang
Raja menjadi sangat marah. Bagaimana mungkin seorang Perdana Menteri malah
menganggap lucu penderitaan seorang rajanya? "Baginda, mohon dengarkan
saya," desak Perdana Menteri, "di balik setiap kejadian yang tidak
mengenakkan selalu terdapat sisi baik yang tidak kita lihat." "Cukup! Ini
sudah keterlaluan!" Kini sang Raja menjadi murk
a. Ia lalu menangkap dan mengikat Perdana Menteri. Kemudian dimasukkan ke
dalam sumur kering. Sang Raja akan menjemputnya nanti sepulang dari
perjalanannya. Sang Raja melanjutkan perjalanan.

Setelah berjalan cukup jauh sang Raja dihadang oleh sekelompok suku liar
yang sedang mencari orang untuk dikurbankan pada dewa Gunung Api. Begitu
suku liar ini mengetahui bahwa yang ditangkap adalah seorang Raja, mereka
sangat senang dan membawanya ke pemimpin upacara. Lalu, suku liar ini
mempersiapkan sesajian dan merias Raja ini dengan pakaian kurban yang indah.
Ketika hendak dikurbankan dan algojo siap memenggal leher sang Raja, sang
pemimpin berteriak menghentikan semuanya. Ia melihat ternyata ada satu gigi
sang Raja yang telah tanggal. "Kami tidak bisa menggunakan engkau sebagai
kurban, karena Dewa Gunung Api hanya berkenan menerima kurban yang tubuhnya
lengkap. Kamu boleh pergi sekarang!" Sang Raja merasa sangat bersyukur. Ia
pun lari cepat-cepat meninggalkan suku liar itu. Tiba-tiba ia teringat apa
yang dikatakan oleh Perdana Menterinya, bahwa memang benar-benar ada sisi
keberuntungan dari sesuatu yang dianggapnya sebagai kesialan. Bergegas sang
Raja pulang. Di perjalanan
pulang ia menjenguk Perdana Menterinya yang masih tertinggal dalam sumur
kering. Ketika melongok ke dalam sumur, sang Raja melihat Perdana Menterinya
masih terikat rapat dan sedang tersenyum gembira. "Wow..! Perdana Menteri
ini benar-benar seorang yang berpikiran positif..!"

Sang Raja menolong Perdana Menteri itu keluar dari sumur dan meminta maaf
dari segala apa yang dilakukan padanya. "Aku minta maaf telah melemparmu ke
dalam sana!" kata sang Raja sambil memegang bahu Perdana Menterinya.
Kemudian sang Raja menceritakan apa yang dialaminya. "Aku ditangkap oleh
suku liar di sana yang bermaksud mengurbankanku pada Dewa Gunung Api. Tapi
mereka melihat ada sebuah gigiku yang lepas lalu mereka melepasku. Bukankah
ini suatu keajaiban! Sewaktu kau mengatakan hal itu, aku sangat tidak
percaya. Malah membuangmu ke dalam sumur itu! Maukah kau memaafkanku?" "Ah,
Baginda tak perlu meminta maaf," jawab Perdana Menteri itu sambil tersenyum.
"Bukankah itu juga adalah sebuah keberuntungan dan berkah bagi hamba karena
Baginda telah melempar hamba ke dalam sumur" "Ha..? Sekarang berkah apa yang
bisa kau tarik dari kejadianmu itu?" tanya sang Raja terheran-heran. "Begini
Baginda," jawab Perdana Menteri. "Seandainya saja hamba tadi pergi bersama
Baginda, maka suku liar itu akan menggunakan hamba sebagai kurban untk Dewa
Gunung Api..!"

Ketika aku masih muda dan bebas berhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa
dunia tidak kunjung berubah.

Maka cita-cita itupun agak kupersempit,
lalu kuputuskan untuk hanya merubah negeriku.
Namun tampaknya,
hasrat itu pun tiada hasilnya.

Ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku.
Tetapi celakanya,
mereka pun tidak mau diubah!

Dan kini,
sementara aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari :

“Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,
mungkin aku bisa mengubah keluargaku.

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku.

Kemudian siapa tahu,
aku bahkan bisa mengubah dunia”